Kerusuhan Babarsari di Mata Sosiolog Derajad Sulistyo dan Sultan Hamengku Buwono

Penulis : Editor :
Nasional135 views
Babarsari, Yogyakarta saat malam hari/Tangkapan Layar/Instagram @josselalu/

MEDIACREATIVEID.COM – Kerusuhan Babarsari yang terjadi pada hari Senin 4 Juli 2022 lalu, tepatnya di Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta,  telah menyisakan banyak PR untuk berbagai pihak.

Kerusuhan Babarsari yang berawal dari keributan di sebuah tempat karaoke di daerah Sleman, Yogyakarta.

Kerusuhan Babarsari telah menyebabkan satu kafe dan beberapa unit motor terbakar, bahkan terdapat korban luka serius.

Kerusuhan Babarsari terjadi antara dua kelompok yang saling menyerang dan membawa senjata tajam.

Atas peristiwa ini, Sosiolog dari Universitas Gadjah Mada (UGM) Derajad Sulistyo Widhyarto, menyampaikan penilaian bahwa kasus Babarsari muncul karena pola pertumbuhan di provinsi ini sudah menyerupai kota metropolis.

Dirangkum Mediacreativeid.com dari berbagai sumber,   Derajad menyatakan bahwa di satu sisi Yogyakarta ini adalah merupakan Daerah Istimewa dengan keraton dan segala budayanya yang masih kuat mengakar pada masyarakatnya.

Baca juga: Tito Karnavian Ditunjuk Presiden menjadi Menteri PANRB Ad Interim

Namun, di sisi lain regulasi pemerintahannya tidak istimewa, sehingga perkembangannya menjadi sama dengan kota besar lainnya, seperti Jakarta, Surabaya, dan lain-lain.

Contohnya, sebagai kota pelajar, seharusnya Yogyakarta membutuhkan ketenangan.

Sehingga, yang perlu diperbanyak dalam pembangunan adalah fasilitas-fasilitas mahasiswa, seperti penyediaan co-working space.

Bukannya fasilitas yang dapat mengundang konflik seperti karaoke, hotel, atau apartemen.

Lebih lanjut Sosiolog yang juga merupakan dosen senior Fakultas Ilmu Sosial dan Politik UGM ini menghimbau bahwa regulasi yang ada di Yogyakarta semestinya harus terefeleksi dari kondisi masyarakat.

Contohnya, kalau konsep istimewanya Yogyakarta ini adalah istimewa bagi pelajar, maka jam belajar harus diperhatikan.

Beliau menganggap bahwa aktivitas perekonomian di Yogyakarta juga belum inklusif, padahal masyarakatnya sudah menerima perbedaan suku dan adat.

Baca juga: Tagar MyPertamina Unfaedah Trending di Twitter

Ekonomi di Yogyakarta terlalu merespon pada perkembangan kota besar, padahal, kota-kota besar itu kehidupannya justru cenderung ekslusif.

Di tempat lain, Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Sri Sultan Hamengku Buwono X meminta agar kepolisian menindak tegas semua pelaku yang terlibat kerusuhan di Babarsari.

Beliau berharap pihak kepolisian dapat menuntaskan secara tegas dan adil, tidak boleh pilih kasih supaya kasus serupa tidak terjadi di kemudian hari.

Sultan Hamengku Buwono mengatakan bahwa kerusuhan seperti ini juga pernah terjadi empat tahun silam dan melakukan dialog.

Sri Sultan menegaskan bahwa aksi kekerasan tidak mencerminkan kultur masyarakat di Yogyakarta dan berharap kelompok warga dari luar daerah yang tinggal di Yogyakarta dapat menyesuaikan sikap dengan masyarakat setempat.

Sri Sultan mengharapkan kerusuhan Babarsari tak terulang lagi dimana pun karena tak ada yang membeda-bedakan masyarakat yang tinggal di Yogyakarta.

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *