Endometriosis Pada Wanita Menopause Bisa Terjadi, Bukan Hanya Diusia Subur Saja

Penulis : Editor : Dina
Kesehatan94 views

MEDIACREATIVEID.COM – Salah satu penyakit yang ditakuti kaum hawa  adalah endometriosis pada wanita menopause, sedangkan gejala yang dikhawatirkannya adalah menopausw.

Endometriosis pada wanita menopause adalah gangguan kesehatan yang terjadi karena adanya pertumbuhan jaringan tidak normal dari endometrium pada bagian luar dinding rahim.

Endrometriosis pada wanita menopause kini banyak ditemui, bukan hanya terjadi pada usia yang sedang produktif atau subur.

Menopause adalah berakhirnya siklus menstruasi secara alami, yang biasanya terjadi saat wanita memasuki usia 45 hingga 55 tahun.

Endometriosis umumnya terjadi pada wanita usia subur, tetapi bisa juga terjadi pada wanita yang sudah menopaus.

Penyakit sistem reproduksi wanita ini menimbulkan rasa nyeri seperti dysmenorrhea, dyspareunia, dan nyeri panggul kronis.

Baca juga: PeduliLindungi Ganti Nama Jadi SatuSehat Mobile, Begini Cara Updatenya! 

Gangguan pertumbuhan jaringan endometrium yang tidak normal dapat terjadi pada ovarium, vagina, saluran kemih hingga usus.

Dirangkum Mediacreativeid.com dari berbagai sumber bahwa wanita yang sudah memasuki massa menopaus masih bisa terkena endometriosis akibat selnya yang tumbuh di bagian tubuh lain.

Dokter spesialis Obsteri dan Ginekologi Subspesialis IVF Center RS Pondok Indah dr. M. Luky Satria mengatakan “Bisa juga orang menoaus terkena endometriosis, jadi estrogen itu bukan cuma diproduksi ovarium tetapi ada yang diproduksi di lemak.”

“Jadi ada keluhan endometriosis di orang menopause, cuma memang jarang,” lanjutnya.

Selanjutnya Ia mengatakan bahwa tingginya hormon esterogen yang menjadi penyebab tumbuhnya endometriosis bisa tumbuh dimana saja selain di ovarium, seperti di saluran kemijh, usus, atau hanya dipermukaan perut.

Baca juga: Kenzi Balita Obesitas Dengan Berat Badan 27 kg

Demikian juga pada orang dengan obesitas, karena hormon estrogennya yang tinggi.

“Ini merupakan penyakit hormonal dependent karena berkaitan dengan siklus menstruasi, akan timbul terus selama wanita belum menopause,” ucap Luky.

Luky mengatakan selain dengan mengonsumsi obat hormonal, endometriosis dapat dihilangkan dengan operasi laparoskopi, yaitu pembedahan di perut tanpa harus membuat sayatan besar di kulit.

Tindakan ini memelukan pertimbangan yang matang untuk wanita yang belum menikah karena bisa mengurangi jumlah sel telur.

Baca juga: Hari Bersih Indonesia, Serentak Kampanyekan Pilah Sampah

Penyebab dan Gejala Endometriosis

Salah satu penyebab endometriosis adalah faktor genetik yang diturunkan dari ibu yang memiliki riwayat endometriosis ke anak.

“Ada faktor genetik plus ada resiko, kemudian baru muncul endometriosis,” kata Luky.

Bayi perempuan yang lahir prematur dan berat badan lahir rendah memiliki faktor resiko endometriosis saat dewasa.

Selain itu konsumsi susu kedelai selama ibu hamil, anaknya memeiliki risiko mengidap endometriosis.

Banyak wanita yang saat menstruasi mengalami nyeri yang hebat di bagian perut, tetapi menganggap itu merupakan hal normal sehingga terabaikan.

Baca juga: AstraZeneca Tandatangani Kesepakatan Kerjasama dengan Kementerian Kesehatan

Sesungguhnya rasa sakit tersebut merupakan salah satu penyebab dari endometriosis.

Gejala umum dari endometriosis antara lain nyeri haid yang hebat sampai mengganggu aktivitas, volume darah menstruasi melebihi batas normal, dan nyeri saat berhubungan seksual.

Gejala tersebut diikuti oleh BAB serta urine berdarah, diare, sembelit, peruh begah dan kembung.

Diagnosis dan Pengobatan Endometriosis

Seorang wanita yang mengalami gejala endometriosis sering mengalami penurunan kualitas hidup.

Rasa nyeri yang muncul membuat seorang wanita tidak bisa melakukan aktivitas sehari-hari, termasuk penurunan kualitas hubungan dengan pasangannya.

Baca juga: Nunung Idap Kanker Payudara, Kenali Gejala Awal Penyakitnya! 

Rasa nyeri merupakan alasan paling umum bagi penderita endometriosis untuk datang konsultasi, biasanya nyeri saat menjelang dan selama siklus menstruasi.

Selain itu adanya dyspareunia atau nyeri yang muncul selama dan setelah berhubungan seksual.

Keluhan nyeri yang demikian akan ditindaklanjuti dengan pemeriksaan fisik pada bagian panggul, USG bagian rahim, Magnetic Resonance Imaging (MRI), dan Laparoskopi.

Setelah mendapat kepastian dari hasil diagnosisnya, dokter akan melanjutkan tindakan medis tertentu seperti meresepkan obat pereda nyeri, terapi hormon yang berfungsi menghambat pertumbuhan jaringan tidak normal.

Langkah terakhir adalah pembedahan untuk mengangkat jaringan endometriosis.

Endometriosis pada wanita menopause bukan merupakan gangguan yang mengancam jiwa, namun dampak yang ditimbulkannya pada penderita dan orang-orang di sekitarnya sangatlah kompleks.

 

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *