Inilah 5 Alasan Korban KDRT Pilih Diam Daripada Lapor

Penulis : Editor :

MEDIACREATIVEID.COM – Kasus kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) yang dialami oleh penyanyi dangdut Lesti Kejora masih terus jadi perbincangan di media sosial. 

Tentu saja hal tersebut tidak terlepas dari keberanian Lesti Kejora untuk melaporkan tindakan KDRT oleh suaminya, Rizky Billar ke Polres Metro Jakarta Selatan. 

Langkah Lesti untuk mengakui dan melaporkan tindakan KDRT  ke pihak kepolisian belum tentu bisa dilakukan oleh semua perempuan yang juga pernah mengalami hal yang sama. 

Psikolog dan Komnas Perempuan pun mengakui masih banyak perempuan yang tidak berani mengungkap kasus kekerasaan yang diterima dalam bentuk fisik, verbal, seksual, maupun psikologis karena berbagai alasan. 

Baca juga:Akhirnya Rizky Billar Penuhi Panggilan Polisi Terkait Dugaan Kasus KDRT terhadap Lesti Kejora

Dirangkum oleh Mediacreativeid.com dari berbagai sumber, berikut ini adalah alasan-alasan yang menjadikan perempuan korban kekerasan enggan untuk melapor dan memilih diam.

1. Korban Takut Disudutkan

Budaya patriarki di Indonesia merupakan salah satu alasan korban KDRT sulit untuk mengungkap kasusnya ke pihak luar bahkan kepada orang-orang terdekat sekalipun. 

Banyak sekali korban KDRT yang kemudian takut akan disudutkan bahkan disalahkan ketika lingkungan tahu bahwa mereka diperlakukan kasar atau mengalami kekerasan. 

Perasaan takut disalahkan bahkan disudutkan tersebut menjadi penyebab korban KDRT memilih untuk diam. 

Ketakutan itu akhirnya membuat mereka merasa tidak akan dilindungi ketika melaporkan nanti.

Baca juga:KDRTResmi Jadi Tersangka, Nasib Rizky Billar Ditentukan Hari Ini

 

2. Korban Masih Bergantung Secara Ekonomi

Alasan lain korban KDRT tidak melaporkan kasus yang menderanya adalah karena mereka masih ketergantungan dari segi ekonomi kepada suami. 

Hal tersebut sering terjadi terutama pada istri yang tidak bekerja dan mendapatkan perlakuan kekerasan dari suami. 

Apalagi bagi yang sudah memiliki anak, akibat korban melapor dan akhirnya mereka berpisah atau suami masuk penjara, maka si perempuan pun akan bingung memikirkan nasib keluarganya.

Dari hal itu, korban KDRT memilih untuk bertahan dan tidak melaporkan kekerasan yang dialaminya.

 

3. Korban Masih Cinta Pasangannya

Rasa cinta kepada pasangan juga bisa jadi penghalang korban KDRT untuk melepaskan diri dari kekerasan. 

Hal ini banyak dialami oleh korban KDRT baik perempuan atau laki-laki yang masih merasa berat untuk meninggalkan pasangannya. 

Mereka tidak ingin dipandang buruk oleh orang lain meskipun sejatinya telah mengalami perlakuan yang menyakitkan.

 

4. Korban Masih Berharap Pasangannya Berubah

Rasa cinta yang masih dimiliki oleh korban KDRT terhadap pasangannya memunculkan harapan bahwa dia akan berubah seiring berjalannya waktu. 

Bahkan ketika rasa cinta itu sudah hilang, masih banyak yang berpikir jika rasa sayang bisa muncul kembali ketika pelaku kekerasan berubah.

Keyakinan bahwa pelaku kekerasan itu akan berubah itulah yang menyebabkan korban mengambil sikap untuk tidak melaporkan.

 

5. Korban Diteror

Korban takut melaporkan kasus KDRT yang menimpanya bisa jadi karena  mengalami teror atau ditakut-takuti. 

Teror tidak selamanya dalam bentuk  tindakan atau perkataan kasar tapi bisa juga berupa ancaman halus.

Istri ditakut-takuti kalau berpisah nanti dia tidak akan bisa membiayai hidupnya merupakan contoh teror yang halus. 

Jika mereka berpisah maka tidak akan dapat pasangan lagi yang mau menerimanya juga bisa dikategorikan sebagai bentuk teror. 

Takut akan teror yang bisa saja dilakukan oleh pelaku kekerasan membuat korban memilih bungkam agar selamat dan aman, meskipun sebenarnya itu bukan tindakan yang tepat. 

Itulah lima alasan perempuan korban KDRT memilih tidak melaporkan kasusnya.

Hal tersebut bisa saja terjadi pada perempuan-perempuan di lingkungan sekitar kita seperti yang menimpa Lesti Kejora.

Agar kasus KDRT tidak terulang terus, maka kepedulian dan empati dari seluruh masyarakat harus ditingkatkan. 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *